Tak Hanya Pelajari Ruang Angkasa, Ini Peran NASA bagi Sektor Pertanian

Ilustrasi Stasiun Ruang Angkasa. (Pixabay/WikiImages)

Editor: Dera - Kamis, 1 Desember 2022 | 18:00 WIB

Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) memiliki berbagai program untuk mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Program tersebut mencakup semua aspek seperti lautan, daratan, es, dan atmosfer.

Melalui pengamatannya, NASA mencatat perubahan siklus air yang menyebabkan perubahan siklus karbon, yang pada gilirannya berkontribusi bagi sektor pertanian.

Para petani mungkin telah akrab dengan kontribusi pertanian NASA melalui Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), yang bekerja sama dengan Pusat Mitigasi Kekeringan Nasional (NDMC) di Universitas Nebraska-Lincoln (UNL) dan Departemen Pertanian AS untuk menghasilkan Pemantau Kekeringan AS.

Selain itu, NASA juga memiliki program NASA Harvest yang menawarkan alat manajemen nutrisi presisi sebagai bagian dari misinya untuk meningkatkan ketahanan pangan, pertanian, dan ketahanan manusia dan lingkungan di seluruh dunia.

Ada pula OpenET yang menggunakan data satelit untuk memberikan perkiraan evapotranspirasi (ET) untuk pengelolaan air di seluruh Amerika Serikat. OpenET menghasilkan perkiraan harian, bulanan, dan tahunan pada skala lapangan, dan menyediakan akses ke kondisi cuaca dan vegetasi. Para petani dapat menggunakan data itu untuk mengurangi biaya pupuk dan air, serta membantu mendukung program pengelolaan air tanah secara konsisten dan akurat.

Perkiraan Kerugian Hasil

Divisi Ilmu Bumi NASA juga telah membuat proyeksi panen jangka panjang berdasarkan data yang dikumpulkan. Jika tren perubahan iklim saat ini berlanjut, hasil panen global jagung mungkin akan mengalami penurunan sebesar 24% pada akhir abad ini. Prakiraan tersebut didasarkan pada perkiraan kenaikan suhu, pergeseran pola curah hujan, dan peningkatan konsentrasi karbon dioksida permukaan karena emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia.

Proyeksi tersebut dijalankan dengan asumsi genotipe jagung saat ini dan praktik manajemen tetap sama hingga sisa abad ini.

“Salah satu hal yang dapat kami lakukan dengan alat ini adalah menunjukkan tanaman apa, dalam kondisi apa yang kemungkinan besar akan mengalami stres paling cepat mengingat apa yang terjadi secara global,” ujar Direktur Divisi Ilmu Bumi NASA, Karen St. Germain, seperti dikutip Reuters.

Semua data yang dikumpulkan NASA terbuka untuk umum dan tersedia secara bebas.

Langkah Kecil untuk Pertanian

Divisi Ilmu Bumi NASA telah meluncurkan berbagai misi dalam 25 tahun terakhir. Sekitar 25 satelit atau misi berbasis ruang angkasa saat ini sedang mengamati Bumi, dan 10 misi lainnya sedang dalam pengerjaan.

Program Landsat merupakan program satelit paling lama yang ditujukan untuk mendapatkan citra Bumi dari luar angkasa. Satelit Landsat pertama diluncurkan pada tahun 1972. Satelit itu mengorbit Bumi beberapa kali sehari dan menyelesaikan pengambilan gambar lengkap setelah 251 orbit atau sekitar 16 hari.

Baca Juga: Tak Hanya Pelajari Ruang Angkasa, Ini Peran NASA bagi Sektor Pertanian
Kunjungi NTB, Mentan Dorong Pengoptimalan Riset Pertanian

Pengembangan ke depan, Landsat Next menjadi pembaruan program yang dirancang untuk memantau, memahami, dan memprediksi perubahan permukaan tanah dunia dengan lebih baik, termasuk lahan pertanian. Landsat Next akan memiliki resolusi spasial yang lebih tinggi dan pita pencitraan spektral yang lebih tinggi.

Jika Landsat 8 dan 9 mampu mengamati panjang gelombang cahaya 11 pita spektral, maka Landsat Next akan mengamati 25 pita spektral. Kemampuan itu akan membantu mendeteksi suhu permukaan, kualitas air, kualitas tanah, dan banyak hal lainnya dengan lebih baik.

Landsat Next ditargetkan meluncur pada tahun 2029 atau 2030.