Kisah Petani Desa di Cina Bisa Maju Lewat 'Teknisi Digital Pertanian'

Editor: Tatang Adhiwidharta - Jumat, 16 Desember 2022 | 12:30 WIB
Pada pagi musim dingin yang cerah, sawah yang luas diwarnai merah oleh matahari terbit. Sekelompok anak muda yang membawa ransel berhenti di ladang, mengeluarkan laptop dan meluncurkan drone ke udara.
Dari waktu ke waktu, mereka melirik layar dan mengetuk keyboard laptopnya. Seperti biasa, teknisi digital pertanian Chen Qiufeng dan rekan satu timnya memulai dengan mengumpulkan data dan merevisi kode di persawahan di Desa Zhangying, Kota Chuzhou, Provinsi Anhui, Cina timur.
Pada bulan Juni tahun ini, ‘teknisi digital pertanian’ ditambahkan ke daftar pekerjaan baru negara oleh Kementerian Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial. Pekerjaan itu menganalisis kebutuhan digital petani dan menawarkan solusinya.
Selama empat tahun terakhir, Chen dan rekan satu timnya menghabiskan sekitar enam bulan per tahun di Desa Zhangying. Guna membuat produk internet untuk pengembangan pertanian lokal, mereka telah berjalan hampir ke setiap sudut desa untuk mengumpulkan informasi tentang lahan pertanian dan memahami kebutuhan petani.
“Jika kita tidak turun ke lapangan untuk mengamati dan memikirkan masalah dari sudut pandang petani, sulit bagi kita untuk mengembangkan produk internet yang sesuai dengan kebutuhan nyata petani,” ujar Chen, seperti dikutip Xinhua.
Platform administrasi layanan sosial pertanian merupakan produk digital pertama yang dikembangkan Chen dan timnya untuk desa tersebut. Platform itu memproses data dengan menganalisis informasi yang dikumpulkan dari sensor Internet-of-Things, drone tak berawak, dan satelit Beidou.
Hasilnya menyajikan kondisi tanah dan tanaman yang sebenarnya dan secara otomatis menghasilkan saran pertanian. Dengan mengklik mouse atau mengetuk smartphone, pengguna dapat mengakses data hasil panen secara real-time.
“Kami telah menyesuaikan satu set model tanam untuk varietas padi yang berbeda. Bahkan seorang petani pemula pun dapat melakukannya dengan baik mengikuti saran yang dihasilkan oleh platform,” kata Chen.
Pada tahun 2020, platform tersebut memasuki tahap operasi uji coba. Ping Donglin, yang kembali dari luar negeri dan baru memulai karirnya sendiri sebagai petani, mengajukan diri untuk menggunakan platform tersebut.
Setelah menyelesaikan studinya di luar negeri pada tahun 2017, Ping terpesona oleh pertanian modern dan bertekad untuk membuat perbedaan di kampung halamannya. Ping mendirikan koperasi pertanian di sawah seluas 413,3 hektar.
“Sulit mengelola lahan pertanian yang luas dengan cara tradisional. Dengan bantuan platform digital, saya hanya perlu mengetuk layar ponsel untuk menerbangkan drone dan memeriksa kondisi pertanian,” terang Ping.
Baca Juga: Kisah Petani Desa di Cina Bisa Maju Lewat 'Teknisi Digital Pertanian'Drone Penyemprot Bantu Petani Singkong di Kamboja Hemat Waktu dan Uang
Karena platform tersebut meringankan beban banyak petani lokal, Chen dan Ping merilis aplikasi online bersama di mana produk pertanian yang dipilih dengan cermat dapat dijual dan pelanggan dapat “mengadopsi” lahan pertanian.
Sampai saat ini, lebih dari 6,6 hektare sawah telah diadopsi.
“Platform administrasi layanan sosial pertanian membantu mengelola lahan pertanian, dan aplikasi online membantu memperluas saluran penjualan. Saya lebih percaya diri untuk meningkatkan area tanam padi kami,” jelas Ping.