Teknologi Budidaya Jenuh Air Terbukti Tingkatkan Produktivitas Kedelai

Penghasil Kedelai Terbesar

Editor: Reza P - Senin, 18 Januari 2021 | 11:30 WIB

SariAgri - Rendahnya produksi kedelai di Indonesia sebenarnya dapat diatasi dengan penerapan teknologi tepat guna. Menurut ahli kedelai University IPB, Prof Munif Ghulamahdi salah satu solusi mengatasi hal tersebut adalah penerapan teknologi budidaya kedelai di lahan pasang surut atau disebut Budidaya Jenuh Air (BJA).

Efektivitas penerapan teknologi pendongkrak produktivitas kedelai karya ahli IPB ini pernah dipublikasikan pada tahun 2011.

Teknologi temuan Prof Munif Ghulamahdi ini sendiri pernah diuji coba dan terbukti efektif meningkatkan produktivitas kedelai.

Dikutip itb.ac.id, apabila teknologi BJA diterapkan, maka hanya membutuhkan lahan seluas 815 ribu hektar untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri.

"Tahun 2009, kami pernah panen massal di lahan ujicoba di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan," ujar Prof Munif.

Prof Munif menjelaskan, kedelai hasil risetnya yang mula-mula ditanam pada lahan pasang surut seluas 0,25 hektar terbukti menghasilkan 4,63 ton biji kering/hektar. Selanjutnya kedelai ditanam secara massal pada lahan seluas 2.5 hektar, dan petani masih mampu menghasilkan pada kisaran 2.75-3.38  ton/hektar. 

"Pada tahun 2016 dilanjutkan penanaman massal seluas 500 ha di kecamatan Berbak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi," papar Prof Munif.

Menurut Prof Munif, produktivitas kedelai di lahan pasang surut ini tergolong tinggi.  Karena produksi kedelai dengan sistem budidaya lahan kering hanya mampu menghasilkan 0.8 ton/hektar. 

Sementara itu, dari beberapa varietas kedelai yang diujicobakan seperti Tanggamus, Slamet, Willis dan Anjasmoro,  Tanggamus merupakan varietas dengan hasil terbaik yang dikembangkan dengan teknologi budidaya jenuh air di lahan pasang surut.

Memang, menurut Prof Munif, saat ini kendala utama adalah bagaimana meningkatkan ketersedian lahan.

"Dari dua juta hektar lahan yang cocok untuk ditanam kedelai, bisa dipilih lahan di luar Jawa yang sudah ada permukiman. Sulit meningkatkan produksi kedelai di Jawa karena lahan yang ada bersaing untuk ditanami komoditas yang sedang tren atau lebih menguntungkan,'' katanya.

Untuk menerapkan teknologi ini, Prof Munif mengusulkan pemanfaatan lahan pasang surut yang tersebar di Lampung, Sumatera Selatan, Jambi dan Kalimantan Barat.

Baca Juga: Teknologi Budidaya Jenuh Air Terbukti Tingkatkan Produktivitas Kedelai
Tingkatkan Produktivitas Urban Farming dengan Teknologi Otomasi Fertigasi

''Kami siap untuk melakukan penyuluhan, pendampingan, dan pengawasan sampai petani menguasai metode ini. Bibit juga bisa disiapkan dari lahan binaan kami di Lampung dan Sumatera Selatan. Tapi, harus ada kontrak sejak awal. Jangan membuat petani yang menyediakan bibit kecewa karena setelah mereka memilih bibit, ternyata tidak dibeli,'' tegas Prof Munif.

Rektor IPB University, Prof Dr Arif Satria mengaku mendukung penerapan teknologi ini.  "Kami berharap teknologi temuan dosen IPB University ini dapat segera direspon oleh pemerintah untuk diadopsi sebagai upaya mencukupi kebutuhan kedelai nasional.