ITB memberikan bantuan tanggap darurat pasca gempa ke Sulawesi Barat berupa inovasi dan teknologi karya ITB
SariAgri - Institut Teknologi Bandung, ITB, memberikan bantuan tanggap darurat pasca gempa di Sulawesi Barat tepatnya di Mamuju dan Majene. Sejumlah inovasi dan teknologi karya ITB disumbangkan, salah satunya pemasangan instalasi unit ultrafiltrasi untuk penyediaan air minum di daerah terdampak bencana.
Tim yang diwakili Dr. Muhammad Ihsan dari Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB telah berangkat menuju Majene pada Kamis, 21 Januari lalu. Tim ITB ini berkoordinasi dengan beberapa tim lain yakni, Tim Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA Unair), tim Unhas, Indonesia Creative Cities Network (ICCN), dan sukarelawan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) untuk membantu tanggap darurat gempa di Majene.
Sekretaris Bidang Pengabdian Masyarakat LPPM-ITB, Denny Willy, Ph.D., dalam siaran pers Jumat (22/1) menyampaikan, dalam bantuan tersebut Tim ITB menyumbangkan beberapa karya teknologi. Yakni pemasangan 4 instalasi unit ultrafiltrasi untuk penyediaan air minum di daerah terdampak bencana karya Prof. I Gede Wenten.
"Empat unit penjernih air siap minum ini akan diletakkan di beberapa titik penampungan penyintas bekerjasama dengan BNPB setempat," ujarnya.
Alat penjernih air bernama IGW Home Ultrafilter ini merupakan teknologi filtrasi air minum berbasis membran yang menggabungkan empat tahapan proses secara terintegrasi dalam satu alat. Membran ini dapat memisahkan zat besi, koloid, mikroba, dan partikulat secara efektif dengan tetap menjaga kandungan mineral di dalamnya.
Alat ini juga dilengkapi karbon aktif pada tahap penyaringan untuk menghilangkan bau, zat organik, dan sisa klorin bebas. Alat yang sama juga pernah digunakan untuk membantu korban gempa di Lombok dan Palu.
Selain itu, tim ITB juga membangun 2 shelter tunnel 8x7 m2, rangka kayu yang sudah diterapkan sebagai hunian sementara di berbagai lokasi bencana seperti Palu, Lombok, dan lainnya. Shelter tunnel ini merupakan karya Dr. Ing. Andry Widyowijatnoko (SAPPK).
"Pembangunan shelter ini nantinya bekerjasama dengan tim sukarelawan alumni Arsitektur Universitas Tadulako (Untad)," katanya.
Tim ITB juga membagikan 2000 masker dan sejumlah selimut hasil kerja sama dengan Satgas Pulih, Indonesia Creative Cities Network (ICCN). "Selama seminggu ke depan, Tim ITB juga akan melakukan assessment kelayakan di lokasi untuk menghadirkan tim kedua sebagai Tim Trauma Healing ITB berkolaborasi dengan Tim Psikolog Unair," ujar Denny Willy.