Berita Teknologi - Mahasiswa Unair ciptakan inovasi alat pengatur pemberian pakan dan kualitas air otomatis untuk meningkatkan kelangsungan hidup ikan.
SariAgri - Bagi pembudidaya ikan nila (Oreochromis nilocitus) tradisional di Indonesia, ada dua hal yang selalu menjadi persoalan serius, yakni kualitas air dan managemen pakan.
Jika kedua hal tersebut tidak dikelola dengan baik maka dapat berakibat umur pendek ikan dan berujung kerugian bagi peternak ikan. Melihat hal tersebut, mahasiswa angkatan 2019 Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga (FPK UNAIR) menggagas inovasi baru yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup ikan nila.
Terobosan yang diberi nama LICOS (Life Control System) tercetus dari penelitian dua mahasiswa Unair yakni Aulia Maulidah dan Wahyu Saputro. LICOS merupakan inovasi alat pengatur pemberian pakan dan kualitas air otomatis untuk meningkatkan kelangsungan hidup ikan.
“LICOS berfungsi sebagai autofeeder (memberi pakan secara otomatis) sekaligus dapat mengontrol parameter kualitas air, khususnya ikan Nila pada kolam budidaya semi intensif,” ungkap Mahasiswi yang kerap disapa Alda kepada Sariagri, Sabtu (20/2).
Alda, ketua tim, menjelaskan pakan merupakan unsur terpenting guna menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Begitu pula dengan air yang menjadi media penting guna mendukung kehidupan ikan sehingga diperlukan kualitas air yang terkontrol dengan baik.
“LICOS dapat mengatur manajemen pakan ikan, meningkatkan dan menjaga kualitas air pada kolam budidaya tersebut,” ucap mahasiswi asal Jombang tersebut.
Licos, Ssolusi Pengatur Pakan Ikan dan Pengontrol Kualitas Air. (Dok.Humas Unair)
Baca Juga: Mengintip Kecanggihan Drone di Era Pertanian Modern
Biar Lebih Awet, Begini Cara Pengolahan Susu Segar Agar Tak Cepat Basi
Apabila LICOS dapat dioptimalkan, lanjutnya, bisa menjadi sebuah alat yang multifungsional dan memiliki nilai lebih jika dioperasikan.
Pendapat tersebut didukung Wahyu, mahasiswa program studi Teknologi Hasil Perikanan. Menurutnya LICOS memiliki prosesor dan nantinya dirancang dengan pemograman yang direncanakan.
“Awal mula tercetusnya LICOS, dari keprihatinan saya bersama Alda yang menyaksikan banyak kegagalan panen yang sebagian besar disebabkan oleh kematian ikan. Dengan kegagalan panen tersebut membuat pendapatan pembudidaya semi intensif menurun hingga menimbulkan banyaknya hutang antar pembudidaya,” Tutur Wahyu.
LICOS, kata Wahyu, memiliki sensor untuk memeriksa parameter kualitas air seperti salinitas, suhu, DO dan pH. Parameter tersebut merupakan indikator kualitas perairan yang harus dipertahankan untuk menjamin keberlangsungan hidup ikan.
Beberapa komponen dalam LICOS ada 3, yakni Komponen Chassis dan Casing, Komponen Elektronik, dan Fish Finder.
“Fish Finder merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui lokasi adanya ikan di dalam lautan dengan mendeteksi gelombang suara yang dipantulkan, ini disebut dengan sonar,” Ujarnya.
Ia memaparkan mekanisme kerja dari LICOS adalah proses screening keadaan perairan kolam budidaya untuk mengontrol kualitas air seperti suhu, DO, pH dan salinitas. Ketika keempat komponen dalam kondisi yang tidak baik, lanjut Wahyu, secara otomatis data diproses oleh sensory tools.
“Sebelum pengaplikasian alat perlu adanya kalibrasi sensory tools. Kalibrasi alat merupakan proses menyamakan nilai yang terukur pada alat dengan alat ukur agar sesuai dengan standar,” tutup Wahyu.