Berita Teknologi - Para ilmuwan mencoba mengekstrak sisa budidaya jamur menjadi produk berharga seperti makanan baru, kosmetik dan bioplastik.
SariAgri - Budidaya jamur menghasilkan banyak limbah. Setiap kilogram jamur yang diproduksi, menyisakan sekitar tiga kilogram limbah berupa tanah yang mengandung jerami, pupuk kandang, dan gambut.
Di UE, produksi dan budidaya jamur bahkan menghasilkan lebih dari 3 miliar kilogram limbah per tahun, menjadikan pengolahan limbah jamur sebagai tantangan bagi para ahli di Eropa.
Salah satunya dari Direktur Inovasi di Sistem BioDetection, Dr Bart van der Burg, di Amsterdam, Belanda. Lewat proyek Funguschain, ia dan timnya mencoba mengekstrak sisa budidaya jamur menjadi produk berharga seperti makanan baru, kosmetik dan bioplastik.
Mereka mengekstrak protein, karbohidrat, lemak, dan kitin pada limbah jamur, seperti batang dan sisa jamur yang cacat serta limbah budidaya jamur lainnya.
Tim telah bereksperimen dengan teknik ekstraksi yang berbeda. Setelah menggiling jamur, mereka menemukan bahwa teknik menggunakan radiasi gelombang mikro efektif untuk menghilangkan antioksidan, antimikroba, dan senyawa organik yang disebut poliol, misalnya, yang dapat digunakan dalam makanan dan bioplastik.
Produk makanan
Pada saat yang sama, mereka juga telah mengembangkan produk makanan baru. Protein jamur yang diekstrak dimasukkan ke dalam makanan berbentuk jel padat, untuk orang tua yang punya masalah menelan.
Protein juga diminati untuk burger vegetarian yang memiliki nilai gizi dan rasa jamur yang diinginkan. Bubuk jamur juga bisa dimasukkan ke dalam makanan fungsional, cara lain yang mereka selidiki.
Baca Juga: Menyulap Limbah Budi Daya Jamur Jadi Pupuk Organik
Kisah Sukses Babinsa Budidaya Jamur Tiram di Masa Pandemi COVID-19
Namun, produk ini akan membutuhkan waktu lebih lama untuk dikembangkan karena potensi manfaat kesehatan perlu dievaluasi. Untuk kosmetik, tim sedang mengembangkan rangkaian krim alami yang mengandung kitin, yang diekstrak dari jamur yang berfungsi sebagai pengawet alami.
Tim berpikir bahwa limbah jamur dapat dikurangi hingga 40 persen dengan produk yang mereka buat. Saat ini tim juga sedang menyelidiki penggunaan sisa tanah budi daya jamur untuk pengomposan dan produksi biogas.
"Aplikasi ini lebih mudah dan akan lebih mudah untuk dikomersialkan," kata van der Burg.
Usaha kreatif penanganan limbah budi daya jamur juga dikembangkan Pablo Martinez, manajer proyek di Mushroom Technological Research Center La Rioja di Spanyol.
"Setiap tahun kami memiliki lebih banyak limbah,' kata Martinez, seperti dilansir Paiduoduo.
Martinez dan timnya juga sedang mengembangkan sistem untuk menghilangkan air dari limbah jamur dan mengubahnya menjadi pelet pupuk organik sebagai bagian dari proyek SmartMushroom mereka.
"Setelah menjadi pelet, kami dapat mengirimkannya ke mana saja untuk keperluan pertanian," kata Martinez.
Mereka juga memanfaatkan sebagian limbah jamur untuk menghasilkan biogas sebagai sumber tenaga dengan mengoptimalkan proses produksi yang ada yang biasanya menggunakan limbah lumpur dari proses pertanian lainnya.
Penanganan Limbah
Pada awal proyek, sebuah pabrik percontohan didirikan di fasilitas pengelolaan limbah yang ada. Ini menggunakan empat kontainer dan tidak memerlukan infrastruktur bangunan.
Selama setahun terakhir, para peneliti telah menyempurnakan proses pengeringan dengan melakukan tes yang bereksperimen dengan suhu yang berbeda.
Jika suhu terlalu tinggi, limbah dapat membusuk, melepaskan unsur hara yang merupakan komponen penting dari pupuk. Tim tersebut sedang berupaya meningkatkan jumlah produksi biogas dengan menggabungkan produk sampingan jamur dengan jenis limbah pertanian lainnya.
Beberapa perusahaan di sekitar memproduksi selai sehingga mereka menggunakan kembali air yang digunakan untuk membersihkan mesin yang mengandung sisa gula dan buah.
'Pada titik ini, kami mengukur volume dan kualitas gas yang dihasilkan dengan menambahkan substrat tambahan yang berbeda ke material kami,' kata Martinez.
Proyek ini juga mencoba menghasilkan pupuk yang disesuaikan dengan tanaman berbeda. Seperti kebun anggur, membutuhkan kadar kalium, fosfor dan mangan yang seimbang sehingga pupuk dapat ditambahkan agar sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
Menurut mereka, pemanfaatan dan produksi pupuk pelet organik memberikan manfaat ekonomi sangat besar bagi petani jamur.
Saat ini, pembudidaya menanggung biaya pembuangan limbah berkisar antara 10 euro hingga 50 euro per ton substrat jamur bekas di Eropa. Tapi di masa depan, mereka bisa mendapatkan keuntungan dengan membawa limbah mereka ke pabrik yang akan diubah menjadi pupuk.
"Mereka akan dibayar tergantung seberapa banyak mereka bawa ke fasilitas pengelolaan sampah," kata Martinez.
Sejauh ini, permintaan pupuk dari petani di Spanyol tinggi dan pabrik percontohan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut. "Jika kami bisa membuat pelletisasi semua produksi kami, kami akan menjual semua produksi kami. Artinya tidak akan ada sisa limbah dari sektor budidaya jamur," ungkap Martinez.