Mahasiswa UNY menciptakan inovasi rancangan alat sortir jambu otomatis yang menggunakan tekhnologi yang mampu mengenali warna dengan sensor TCS3200.
SariAgri - Indonesia ternyata masuk 20 besar negara penghasil buah terbesar di dunia, salah satunya adalah jambu biji. Kabupaten Kendal khususnya kecamatan Sukorejo adalah salah satu penghasil jambu biji terbesar di Indonesia dengan luas hampir 2000 hektar tanaman jambu biji di sini. Untuk menjaga kualitas jambu biji para petani berusaha memberikan yang terbaik bagi para konsumen sehingga para petani mencari cara untuk dapat menghasilkan jambu biji yang berkualitas.
Untuk membedakan kualitas jambu biji yang baik dan berkualitas para petani melakukan penyortiran terlebih dahulu sebelum pengemasan dan pendistribusian. Tujuan penyortiran ini adalah jambu yang dipilih berdasarkan kematangan karena bagus dan mempunyai harga jual tinggi.
Namun metode ini memiliki kelemahan jika dilakukan penyortiran secara manual. Beberapa orang memiliki persepsi tingkat kematangan buah yang berbeda-beda sehingga sering tercampur aduk antara buah yang memiliki nilai jual tinggi dengan buah yang memiliki nilai jual rendah.
Baca Juga:
Panen Manggis Gagal Harganya Justru Selangit
Segarnya Petani Kolang Kaling Menghadapi Ramadan
Diantaranya terkait akurasi warna yang tidak stabil dan proses penimbangan yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Proses penyortiran buah jambu mempengaruhi kondisi buah apabila buah tersebut akan didistribusikan jauh dari tempat di mana buah itu dipanen. Hal itu karena kondisi buah jambu yang tidak dapat matang secara merata.
Berawal dari persoalan tersebut, sekelompok anak muda bernama Fardiansyah Nur Aziz, Utami Nur Melyasari dan Puput Putri Witadiana yang merupakan mahasiswa UNY menciptakan inovasi rancangan alat sortir jambu otomatis yang menggunakan tekhnologi yang mampu mengenali warna dengan sensor TCS3200.
Alat sortir jambu yang diciptakan mahasiswa UNY ( Dok. UNY)
Menurut Fardiansyah alat ini dinamakan Aisogu sebagai sarana untuk menyortir jambu biji berbasis artificial intelligence.
“ Teknologi sensor TCS3200 apabila dikombinasikan dapat mengenali warna pada masing-masing buah jambu yang dikontrol menggunakan Arduino Uno” kata Fardiansyah.
Arduino Uno akan membaca warna kulit pada buah jambu dengan Fuzzy Logic Controller Artificial Intelligence setelah itu dapat membuat keputusan sendiri berdasar nilai input yang telah didapat. Teknologi ini akan menghasilkan keluaran berupa kategori terhadap buah jambu, yakni buah jambu yang mangkal, matang dan terlalu matang.
Puput Putri Witadiana menambahkan keunggulan alat ini meliputi persepsi kematangan yang terstandarisasi, buah jarang tersentuh tangan sehingga tidak mudah membusuk dan lebih awet, kesamaan tingkat kematangan sehingga menjaga mutu ketika distribusi ke konsumen dan dapat diperkirakan usia layak konsumsinya serta higienis.
Jambu biji yang bagus, segar dan tinkat kematangannya pas (Pixabay/ Anh Nhi Đỗ Lê )
Cara kerja Aisogu yaitu jambu dimasukkan dalam wadah penampungan dan melewati sensor TCS3200 dan sensor IR sebagai controller.
Jika jambu matang maka servo 1 akan mengarahkan jambu ke wadah 1, sedangkan bila jambu terlalu matang maka servo 2 akan mengarahkan jambu ke wadah 2. Jika jambu mangkal maka servo 1 dan 2 akan diam dan jambu mengarah ke wadah 3.
“Desain rancangan produk dapat dikembangkan lebih lanjut supaya bisa diproduksi secara massal sehingga dapat diterapkan pada daerah penghasil jambu biji untuk membantu petani jambu biji ketika melakukan proses penyortiran” saran Utami.