Jaga Higienitas, Tandon-tandon Air di Tulungagung Dipasangi Alat Ini

Petugas memasang portabel chlorinator di tandon air Desa Sukodono, Karangrejo, Tulungagung, Sabtu (24/7/2021) (Foto: Antara)

Editor: M Kautsar - Minggu, 25 Juli 2021 | 07:00 WIB

SariAgri -  Tim Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya, Sabtu mulai memasang sejumlah perangkat "portabel chlorinator" di tandon-tandon air Desa Sukodono, Kecamatan Karangrejo, Tulungagung, Jawa Timur untuk memastikan higienitas air yang dikonsumsi warga.

"Pemasangan alat dapat mematikan bakteri penyebab penyakit, sehingga air yang digunakan warga lebih terjamin kesehatan-nya," kata Kepala BBTKLPP Surabaya, Rosidi Roslan di Tulungagung, Sabtu.

Dia menjelaskan, perangkat atau piranti portabel yang telah dilengkapi chlorinator ini mampu membunuh bakteri dalam air, sehingga air menjadi aman diminum langsung.

Pengembangan "portabel chlorinator" dilakukan sejak setahun terakhir di Nusa Tenggara. Hasilnya, perangkat ini dinilai mampu menurunkan bakteri dalam air menjadi nol.

"Air yang tidak memenuhi syarat secara biologi, kemudian dengan alat ini bisa memenuhi syarat air sesuai peraturan Menkes," ujarnya.

"Portabel chlorinator" berbentuk tabung berdiameter empat inci dengan dua pipa berdiameter 0,5 inci dan tiga inci.

Sistem kerjanya dengan mengalirkan air melalui pipa besar. Sebagian air masuk ke pipa kecil yang terhubung dengan tabung chlorinator.

Setelah bercampur dengan chlorine, air lalu keluar melalui pipa kecil dan bercampur dengan aliran air di pipa besar.

Menurut penjelasan Roslan, modelnya berbeda dengan portable chlorinator lainnya karena adanya wadah chlorine dengan ball valve yang dapat mengatur debit desinfektan sesuai kebutuhan.

Dari data Dinas Kesehatan Tulungagung, air HIPAM di Tulungagung belum memenuhi syarat bakteriologi. Salah satunya HIPAM di Desa Sukodono. Apalagi pada tahun 2016-2017 pernah menjadi lokasi pengamanan air minum dari Kementerian Kesehatan dengan dua desa lainnya.

"Kalau sini ada bakteri ecoli-nya, kemarin sekitar 5 ribu lebih,” ujar Kadinkes melalui Kasi Kesehatan Lingkungan, Wiji Astutik.

Tingginya angka ecoli disebabkan adanya sampah didekat mata air. Atau adanya pencemar lain berupa lokasi yang dekat dengan kandang.

"Kalau Telaga Sirah tempatnya dekat dengan persawahan, sehingga memungkinkan cemaran dari pupuk dan pestisida," kata dia.