Smart Growth Box Karya Mahasiswa UB Bisa Membantu Pertumbuhan Microgreens

Smart growth box untuk penanaman microgreens. (Foto: Universitas Brawijaya)

Editor: M Kautsar - Jumat, 10 September 2021 | 15:40 WIB

Sariagri - Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat pesat membuat banyak lahan pertanian beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman. Akibatnya manusia mulai kesulitan dalam mendapatkan pasokan pangan dikarenakan menipisnya lahan pertanian produktif.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, tiga mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang Jawa Timur membuat Smart Growth Box Microgreens berbasis Internet of Things.

Ketiga mahasiswa tersebut adalah I Made Ananta Wiragunawan (Teknik Elektro 2019), Taufiqur Rohman (Teknik Elektro 2018), dan Putu Ayu Eka Pramitha (Bioteknologi 2020).

Menurut ketua tim, I Made Ananta Wiragunawan ide mengembangkan pertanian microgreens adalah masa depan pangan manusia sudah dihadapkan pada menipisnya lahan.

“Makin berkurangnya lahan pertanian di masa mendatang ini sehingga muncul konsep urban farming, namun demikian tidak semua orang memiliki lahan sempit di perkotaan untuk dijadikan tempat pertanian produktif. Akhirnya munculah gagasan microgreens, “ ucap ketua tim, I Made Ananta Wiragunawan kepada Sariagri, Jumat (10/9).

Lebih jauh Ananta menjelaskan salah satu jenis tanaman yang cocok untuk metode microgreens yakni sayuran. Karena sayuran memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi. Selain itu masa panen sayuran bisa dalam rentang umur muda, yaitu 7-14 hari masa semai.

Ananta mengklaim nutrisi dalam microgreens lebih tinggi 4 hingga 40 kali lipat dibandingkan sayuran pada umumnya.

“Bahkan karena ukurannya yang kecil membuatnya kita tidak membutuhkan lahan yang luas. Microgreens masa tumbuh pendek cocok untuk budidaya di daerah perkotaan dengan lahan terbatas, “ imbuhnya.

Namun demikian, karena microgreens masih belum begitu dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia. Sehingga hal ini sering terjadi kesalahan dalam budidayanya yang dapat menyebabkan jamur atau bahkan kematian tanaman sebelum panen.

Berkaca pada fakta itu, tim kemudian membuat inovasi ini memonitor dan mengontrol media pertumbuhan tanaman microgreens secara otomatis sehingga mampu meminimalisir pertumbuhan jamur.

“Melalui inovasi alat yang kami beri nama Smart Growth Box, para petani modern bisa mendapatkan hasil produksi microgreens yang maksimal," ucapnya.

Ananta mengatakan Smart Growth Box didesain secara ergonomis dan dilengkapi roda untuk memudahkan pengguna memindahkan alat ini.

Sumber energi alat ini menggunakan listrik dengan tegangan 220 volt AC, terdapat colokan di bagian belakang alat yang dapat dihubungkan ke stop kontak.

Smart Growth Box dibagi menjadi dua bagian yakni media penyemaian benih dan media tumbuh. Pada media semai, penutup dibuat dari akrilik hitam sehingga sinar matahari tidak dapat masuk untuk memaksimalkan perkecambahan microgreens," kata dia.

Dalam media penyemaian, lanjutnya terdapat tiga parameter diantaranya suhu, kelembaban udara, dan kelembaban media tanam yang dikontrol dengan sensor DHT 22 dan sensor kelembaban tanah serta aktuator berupa exhaust fan dan water spray nozzle.

Media tanam menggunakan sensor dan aktuator yang sama seperti pada media semai, perbedaannya terletak pada bahan tutupnya yang terbuat dari akrilik transparan sehingga sinar matahari dapat ditransmisikan secara optimal.

Selain itu, bagian ini juga memiliki sensor TEMT6000 dan lampu pertumbuhan LED yang akan aktif jika intensitas sinar matahari tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan microgreens.

Smart Growth Box terintegrasi dengan IoT menggunakan antarmuka berupa aplikasi berbasis android, Blynk, “ kata Ananta.

Untuk dapat mengoperasikan alat ini, kata dia, pengguna hanya perlu memilih jenis microgreens yang ingin ditanam di aplikasi Blynk sehingga nantinya Smart Growth Box akan menyesuaikan kondisi keempat parameter tersebut sesuai dengan jenis microgreens yang ditanam.

Ananta membeberkan inovasi alat ini juga dilengkapi dengan wadah penyimpanan air yang dilengkapi dengan sensor ultrasonik untuk memudahkan penyiraman tanaman secara otomatis.

“Saat air sudah habis akan ada notifikasi pada aplikasi agar pengguna mengetahui bahwa air sudah habis tanpa melakukan pengecekan secara berkala, ‘ jelasnnya.

Ketika masa perkecambahan microgreens berakhir, notifikasi juga dikirimkan kepada pengguna agar mereka tahu kapan waktu yang tepat untuk memindahkan baki media tanam dari media semai ke media tumbuh.

Baca Juga: Smart Growth Box Karya Mahasiswa UB Bisa Membantu Pertumbuhan Microgreens
Pakai Sensor dan Film, Ilmuwan Bisa Deteksi Tingkat Mikroskopis Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

“Blynk juga akan memberi tahu anda ketika microgreens siap dipanen. Sehingga SGB ini bisa menjadi alternatif bagi masyarakat yang tidak memiliki lahan namun ingin membudidayakan microgreens,” pungkasnya.

Atas inovasi ini, tim di bawah bimbingan dosen, Sapriesty Nainy Sari berhasil mendapatkan dana penelitian dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa 2021 bidang Karsa Cipta.