Hindari Kanibalisme, Mahasiswa IPB University Ciptakan Alat Penyortir Lele

Mahasiswa IPB University menciptakan alat penyortir lele. (Foto: Istimewa)

Editor: M Kautsar - Selasa, 26 Oktober 2021 | 23:00 WIB

Sariagri - Angka kanibalisme di budi daya ikan lele menjadi persoalan yang perlu diatasi peternak. Salah satu solusi yang bisa digagas yaitu menyortir ikan.

Proses penyortiran bisa mengurangi kemungkinan kanibalisme. Tapi, persoalan lanjutan muncul. Saat ini masih banyak peternak lele yang menggunakan alat sortir konvensional yang memakan waktu dan akurasinya rendah. Benih juga perlu dihitung secara manual sebelum dijual ke konsumen. 

Hal tersebut menjadi latar belakang Nuraini Fadhillah Purnadi, mahasiswa dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University bersama timnya menciptakan alat Sohib Lele. 

“Sohib Lele merupakan alat penyortir dan penghitung benih lele dumbo otomatis menggunakan mechanical graders dan sensor infrared,” ujar Nuraini, diakses dari laman IPB University, Selasa (26/10).

Menurut Nuraini, pengoperasian alat ini mudah. Benih hanya perlu dituang secara berkala dan kontinyu ke saluran seluncur. Benih akan tersortir otomatis di jalur sortir dan jatuh di saluran penampungan.

"Di ujung saluran penampungan, ada sensor infrared sebagai penghitung benih lele. Lele yang telah tersortir dan terhitung akan dikumpulkan di wadah penampungan. Hasil hitung di tiap jalurnya dapat dilihat pada layar LCD,” terangnya. 

Dia mengatakan, desain alat yang sederhana memudahkan pembudidaya dalam pengaplikasiannya dan meningkatkan efisiensi. Alat ini juga dapat melakukan penyortiran sekaligus perhitungan benih ikan dalam kondisi hidup. Selain itu, mudah digunakan dan dapat dilakukan dalam jumlah besar untuk satu kali pengoperasian. 

Sohib Lele, lanjutnya, hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk melakukan dua pekerjaan (sortir dan hitung). Tenaga yang dibutuhkan hanya satu hingga dua orang saja. 

“Tingkat akurasinya juga relatif tinggi untuk sekitar 3000 benih. Dibandingkan dengan alat sortir konvensional yang membutuhkan waktu hingga tiga jam dan tiga orang pekerja,” imbuhnya. 

Berdasarkan survei, katanya, rata-rata pembudidaya lele di Kota Bogor memiliki empat hingga lima kolam pendederan benih. 
“Teknologi ini mampu mengerjakan dua pekerjaan (sortir dan hitung) dalam waktu dua jam. Sedangkan dengan konvensional membutuhkan waktu 12 jam dalam melakukan dua pekerjaan tersebut,” tuturnya.

Menurut Nuraini, Sohib Lele telah mendapatkan paten pada akhir bulan Agustus 2021 lalu dengan No Pendaftaran Paten: S00202107427 serta No Pendaftaran Cipta: EC00202148065. Pengujian Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) juga telah dilakukan dan memperoleh level delapan. 

“Artinya, Sohib Lele telah memenuhi syarat melalui pengujian dan dapat diaplikasikan di lapangan. Harapannya teknologi ini benar-benar dapat membantu dan meringankan pekerjaan pembudidaya lele,” katanya.

Baca Juga: Hindari Kanibalisme, Mahasiswa IPB University Ciptakan Alat Penyortir Lele
Startup Rintisan Alumni Unair Produksi Camilan Bergizi Solusi Stunting

Inovasi hasil Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karya Inovatif (PKM-KI) ini juga telah memberikan kesan positif dari pembudidaya lele setelah diujicobakan. Berbagai pembudidaya lele menyambut baik inovasi ini. 

“Alat ini betul-betul memudahkan pembudidaya dalam melakukan sortir grading dan hitung benih. Pembudidaya berharap bahwa alat ini dapat segera dikomersialkan,” tandasnya.