Pertama di Dunia! ITS Ciptakan Alat Deteksi Dini COVID-19 Lewat Batuk

Editor: Tatang Adhiwidharta - Selasa, 1 Februari 2022 | 21:00 WIB
Sariagri - Munculnya banyak varian mutasi baru COVID-19 yang diidentifikasi lebih ganas dan cepat menular, dibutuhkan alat pendeteksi dini yang canggih. Langkah ini diharapkan agar orang yang terinfeksidapat segera terdeteksi dengan cepat sehingga mampu memutus rantai penyebaran virus.
Menyadari akan pentingnya hal ini, tim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur menginovasikan alat diagnosis kesehatan elBicare Cough Analyzer. Alat canggih ini diklaim dapat melakukan pemetaan penyakit menular Covid-19 melalui metode batuk berdasarkan suara paru-paru.
Ketua tim ITS, Dr Dhany Arifianto ST MEng mengatakan alat kesehatan elBicare Cough Analyzer mampu mendeteksi penderita Covid-19 tanpa harus melakukan kontak langsung. Menurutnya, elBicare Cough Analyzer yang diimplementasikan di rumah sakit mampu memberikan perlindungan awal bagi tenaga kesehatan yang rentan tertular Covid-19 dari pasien.
“Inovasi ini tak hanya dikembangkan untuk menangani pandemi saat ini, namun juga ditujukan untuk penyakit pernapasan yang menular lainnya,” ujar Ketua tim ITS, Dr Dhany Arifianto kepada Sariagri, Selasa (1/2/22).
Dosen Departemen Teknik Fisika ITS ini menambahkan elBicare Cough Analyzer dilengkapi dengan mikrofon bersensor tipis dan kecil yang berguna untuk menangkap suara di sekitar alat. Suara yang masuk selanjutnya akan dianalisis, apakah termasuk suara batuk atau bukan oleh algoritma pada prosesor alat yang telah dirangkai tim peneliti.
“Daya jangkau tangkapan suara oleh alat ini mencapai 10 meter,” tambah Kepala Pusat Penelitian Internet of Things dan Teknologi Pertahanan ITS ini.
Lebih lanjut, Dhanny menuturkan suara batuk akan diklasifikasikan lagi ke dalam dua kategori, yaitu batuk yang terindikasi Covid-19 dan non Covid-19. Batuk yang dikategorikan sebagai batuk non Covid-19 pun akan dideteksi lagi penyebabnya, misalnya batuk normal, batuk gejala tuberkulosis (TBC), bronkitis, dan gejala lainnya.
“Pengelompokan ini didasarkan pada penyesuaian frekuensi, amplitudo, dan komponen harmonik suara paru-paru,” papar lelaki yang melanjutkan studi magister dan doktoralnya di Tokyo Institute of Technology, Jepang ini.
Hasil analisis elBicare Cough Analyzer terhadap penyebab batuk akan tersimpan dan terintegrasi otomatis yang kemudian didistribusikan ke perangkat pengguna dengan bantuan bluetooth.
Dhany bersama delapan anggota tim lainnya ini pun memastikan ke depannya inovasi alat ini akan mengembangkan distribusi data menggunakan bantuan wi-fi.
“elBicare Cough Analyzer mampu bertahan selama 20 jam penggunaan yang terus-menerus,” ungkap lelaki kelahiran Pangkalan Brandan, Sumatera Utara ini.
Data pengolompokan batuk non Covid-19 sendiri didapatkan melalui penelitian mandiri tim. Anggota tim terdiri dari tiga mahasiswa ITS jenjang sarjana (S-1), dua mahasiswa ITS jenjang magister (S-2), dan tiga orang dokter (salah satunya spesialis paru) dari Universitas Airlangga (Unair).
Sementara untuk data penelitian batuk gejala Covid-19 didapatkan melalui penelitian yang bekerja sama dengan University of Cambridge, Inggris.
“Penelitian alat ini memakan waktu hampir dua tahun lamanya yang pengujiannya dilakukan di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA),” terang alumnus ITS angkatan 1992 ini.
Dalam penelitian ini pun, Dhany dan timnya sempat melalui beberapa kendala, salah satunya ialah sulitnya mencari mahasiswa maupun tenaga ahli di ITS yang tertarik dalam pengerjaan hardware alat. Dhany mengungkapkan saat ini bidang software memang lebih banyak diminati dibandingkan bidang hardware.
“Kendala lain ialah sulit mendapat pasien Covid-19 untuk melakukan uji coba alat,” ucap Kepala Laboratorium Vibrasi dan Akustik, Departemen Teknik Fisika ITS ini.
Setelah inovasi berhasil diciptakan, imbuhnya, berhasil mendeteksi orang yang terpapar covid-19 dari metode batuk. Tahap selanjutnya, pasien yang terpapar langsung diarahkan ke rumah sakit untuk menjalani karantina dan pengobatan.
“Kemampuan alat ini dalam menganalisa berbagai jenis batuk termasuk covid-19 dalam waktu cepat, sekitar dua menit untuk setiap deteksi suara batuk dan tingkat akurasi mencapai 93 persen,” akunya.
Dhany berharap hadirnya elBicare Cough Analyzer ini mampu membawa kebermanfaatan bagi masyarakat Indonesia, serta dapat memberikan fasilitas kesehatan yang layak dan akurat dengan harga yang lebih ekonomis.
“Kami juga berharap ke depannya mahasiswa dapat lebih terlibat aktif dalam penelitian yang kolaboratif seperti ini,” ungkapnya.
Baca Juga: Pertama di Dunia! ITS Ciptakan Alat Deteksi Dini COVID-19 Lewat BatukInovatif! Mahasiswa Unsoed Ciptakan Tablet dari Tanaman Ganggang untuk Tingkatkan Imunitas
Inovasi alat dibidang kesehatan pendeteksi covid-19 melalui batuk ini merupakan pertama di dunia dan kini masih terus dalam pengembangan tim riset ITS Surabaya.
“Direncanakan akhir tahun 2022 dapat masuk uji layak edar dan ditargetkan pada tahun 2023 mendatang alat ini siap digunakan secara luas di bidang kesehatan dalam negeri, bahkan tingkat dunia bagi yang membutuhkan,” tandasnya.
Video terkait: